Penampilan Drum Band PAUD Al-Azhar Pukau Penonton

Kudus – Penampilan drum  band dari para peserta didik dari lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al-Azhar, Jekulo, Kudus berhasil memukau para penonton dalam gelaran ‘’Concert Music Childern’’ yang digelar Minggu (29/5/2016).
Concert Music Childern yang digelar di Berlian Sport Center Kudus tersebut, tahun ini merupakan pergelaran yang diselenggarakan kali kedelapan oleh Lintas Communitas Aktivis Musik Kudus (Lincak).
Pada kesempatan itu, kelompok drum band asal PAUD Al-Azhar asuhan Suryadi Suganda itu menampilkan tiga lagu, yakni shalawatan (Suluk Gus Dur), Gundul-gundul Pacul, dan Jaranan dengan iringan musik drum band yang cukup rancak.
Di bawah ‘’komando’’ Saskia Ainun Najwa Lathifa, para pemain drum band cilik itu menyuguhkan permainan musik yang menarik. Tak ayal, para penonton pun terpukau dan menikmati suguhan musik drum band yang sungguh memesona dipadu gemulai bocah yang penuh kepolosan itu.
Sukiyadi Suganda S.Sn., pimpinan Lincak Kudus, mengatakan, gelaran Concert Music Childern kali ini diikuti oleh 37 group drum band yang didominasi oleh para siswa PAUD di Kabupaten Kudus.
Selain PAUD Al-Azhar Jekulo, peserta antara lain datang dari TK 2 Bae, RA Banat, RA Muslimat I’anatut Tholibin, TK Al-Amin, RA Muslimat Ma’rifatul Ulum, TK Muslimat NU Purwosari, KBT Muslimat NU Bae, dan TK Cahaya Nur.
‘’Di luar PAUD, Concert Music Childern ini diikuti juga oleh group drum band dari MI Al-Firdaus, SD 4 Karangbener, SD 4 Tenggeles, dan MTs Gembong Pati,’’ terang Sukiyadi Suganda di sela-sela kegiatan.
Dia mengatakan, kegiatan yang rutin digelar tersebut sebagai sarana silaturahmi bagi pelajar di bidang drum band, khususnya di lembaga PAUD. ‘’Concert Music Childern ini menjadi wadah bertemunya para guru dan peserta didik dari berbagai lembaga pendidikan. Selain untuk silaturahmi, semoga bisa menginspirasi anak didik untuk berprestasi,’’ katanya. (Anq

Angeline, Cermin Buram Bahasa Kasih

Saliem Sabendino

Angeline, tidak jahat. Angeline, bukan penjahat. Mengapa Angeline dibunuh?
Angeline, adalah sebuah drama kematian, kemudian melahirkan drama-drama lain yang saling mematikan. Angeline bukan penjahat, dia bukan begal, bukan rampok, bukan koruptor dan bukan pengedar narkoba.
Lalu mengapa ia dibunuh? Angeline sepanjang waktu dijauhi teman hanya karena bau kotoran ayam, dan kemudian mati dilempar, diinjak, dibenamkan pula di bawah kandang ayam. Angeline yang dikabarkan hilang kemudian ditemukan bersama kabar duka yang menyeruak dari baliksampah-sampah dan kotoran ayam.
Sebuah skenario pembunuhan yang sempurna, membuat siapapun begidik dan miris ketika menyimaknya. Namun Angeline hanya salah satu kisah yang kemudian  dibicarakan dari sekian jumlah kejahatan orang tua terhadap anak-anak yang terdiam begitu saja.
Dari berbagai cerita kejahatan yang melibatkan orang tua dan anak-anak tentunya dapat menimbulkan sebuah kesimpulan yang dapat disepakati bahwa proses penghargaan dan kepercayaan terhadap anak-anak jauh dari bahasa kasih. Kisah serupa secara laten terjadi dari waktu ke waktu.
Drama pilu Angeline dan fenomena J.I.S adalah kejadian yang masih menyisakan bekas yang jelas. Hal ini bukan semata persoalan drama kriminal semata.  Akan tetapai persoalan tipisnya perhatian, penghargaan dan kepercayaan terhadap anak-anak menjadi babak yang tersirat di dalamnya.
Coba kita hitung secara ngawur saja, seberapa sering kita menjumpai seorang ibu yang dengan santai menggandeng anak balitanya sementara pandanganya fokus pada gadget yang ada ditangan satunya lagi atau pada shop display sebuah swalayan. Kemudian seorang guru yang asyik ber_catting ria sementara puluhan siswa di hadapanya sedang seksama mengerjakan tugas yang diberikanya.
Dari sini kemudian bisa menemukan sebuah cermin buram yang bila dilihat dengan seksama ada sebuah bayangan utuh yang sama mirisnya dengan wajah tragedi kematian Angeline. Ada ribuan bahkan jutaan Angeline yang sejatinya hidup tanpa penghargaan, tanpa perhatian dan tanpa kepercayaan. Mereka hidup tapi sebenarnya dimatikan.
Setiap anak hidup butuh perhatian dan perlakuan khusus dari lingkungannya untuk membangun rasa percaya dirinya. Tanpa perhatian dan kepercayaan khusus seorang anak tidak mungkin menemukan kepercayaan dirinya. Membangun kepercayaan diri pada anak-anak untuk menuju masa selanjutnya bukan pekerjaan magic. Bim salabim berubah...!! lantas berubahlah kepribadian anak tersebut.
Perhatian khusus yang dibutuhkan dalam membangun mentalitas seorang anak adalah dalam hal kesabaran dalam mendidiknya. Dan hal ini yang sering kali dilupakan oleh orang-orang tua terhadap anak-anak.
Penerapan kesabaran terhadap seorang anak harus dibedakan dengan perlakuan sabar dengan orang yang lebih dewasa. Penerapan kesabaran terhadap anak-anak harus mendapat porsi ganda, karena secara mental seorang anak masih sangat rentan dengan persinggungan terhadap gejolak dilingkunganya. Dan hal ini sangat memungkinkan menimbulkan trauma yang akan membekas dan berpengaruh besar terhadap proses perkembangan kejiwaan anak tersebut.
Akan tetapi dalam persoalan kesabaran justru berlaku sebaliknya. Kesabaran terhadap usia kanak-kanak justru lebih sering dikorting. Atau dengan kata lain batas kesabaran dipersempit. Artinya orang yang lebih dewasa akan lebih mudah meluapkan kemarahanya terhadap anak-anak. Dan yang lebih fatal lagi kemarahan tersebut terkadang diluapkan dihadapan umum.
Hal ini terjadi begitu saja seakan di luar kesadaran orang-orang tua, atau dengan kata lain hal ini menjadi hal yang lumrah dan disepakati. Akan dianggap biasa ketika orang tua memarahi seorang anak yang tanpa sengaja memecahkan vas bunga. Dan hal tersebut begitu entengnya dilakukan ditengah banyak orang atau di tengah anggota keluarga lainya.
Dari sini kemudian dapat kita tarik benang merah bahwa banyak sekali para orang tua yang hadir didepan anak-anaknya secara hitungan usia belaka. Banyak yang gagal hadir sebagai orang tua secara mental dan jiwa.
Kita lebih sering dipandang dan dipahami sebagai orang tua, dengan melupakan bahwa ada masa lain yang perlu kita pahami dan kita mengerti ada dihadapan kita. Yakni, masa kanak-kanak yang penuh keriangan, kegembiraan dan keingin mengertian. Sehingga sering kali kita berkehendak mereka harus seperti kita, atau bahkan mereka adalah kita.
Hal semacam ini akan berpengaruh sangat kuat dengan perkembangan mental anak tersebut. Karena setiap anak akan hidup dan berkembang seiringan dengan lingkungan sekitarnya. Anak-anak akan berlaku dan berbicara dengan bahasa lingkunganya. Dalam teori psycho analisa Sigmund Frued mengatakan bahwa seorang anak akan mempelajari bahasa ibunya kemudian digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkunganya.
Dalam teori gross ini Frued mengatakan bahwa pada perkembangan selanjutnya lingkungan akan memberi pengaruh yang begitu kuat terhadap bahasa seorang anak.
Kemudian jika kita berkaca dengan drama kematian Angeline maka timbulah sebuah tanda tanya besar akan perwujudan bahasa kasih para orang tua/orang yang lebih tua terhadap anak. Selanjutnya apakah kita akan berdebat panjang tentang ini salah siapa? Dan tidak pernah merenungi tentang benarnya bagaimana? Dosa-dosa kecil yang terbiasa kita maklumkan, kita wajarkan dan kita sepakati sebagai sesutu yang layak suatu saat pasti akan menjadi rangkuman kisah yang lebih tragis lagi.
Angeline, fenomena JIS atau tragedi Tiara di makasar, si malaikat kecil yang setiap hari menjadi penjual kue dan tukang parkir harus meregang nyawa ditangan ayah kandungnya sendiri. Semua itu sebenarnya bukan dongeng untuk menakut-nakuti anak-anak agar menurut sepenuhnya terhadap orang tua. Akan tetapi semoga kisah itu menjadi cermin bagi para orang tua untuk memahami dunia anak-anak dan apa yang seharusnya dibutuhkan oleh anak-anak untuk membangun kehidupanya kedepan.
Angeline, tidak jahat. Angeline, bukan penjahat. Mengapa Angeline dibunuh?
Saliem Sabendino, praktisi seni dan penggiat teater


Lowongan Guru KB-TK Nasional Pratama Wijaya

Semarang, KabarPAUD - Dibutuhkan Guru Taman Kanak-kanak usia maksinal 28 tahun. Kriteria umum, yaitu ceria,ramah dan kreatif. Diutamakan Sarjana (S1) Program Studi (Prodi) PAUD. Kirim curriculum vitae (CV) dan lamaran ke: KB-TK Nasional Pratama Wijaya Jalan Kedondong Tengah No.8 Semarang. (ANQ, iklan kecik SM)

Perempuan Dominasi Guru TK

Jakarta, KabarPAUD - Kendati secara umum terdapat kesetaraan kesempatan berkarir di dunia pendidikan bagi perempuan maupun laki-laki, namun masih terdapat kesenjangan gender untuk beberapa jenjang pendidikan.
Berdasarkan survei Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 yang dirilis akhir 2014, persentase guru perempuan terbesar di TK (96,89%) dan terkecil di perguruan tinggi (40,58%). Sebaliknya, persentase guru (dosen) laki-laki terbesar terdapat pada perguruan tinggi (59,42%), sedangkan yang terkecil pada TK (3,11%).
Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Wartanto mengatakan, peran perempuan yang masih minim pada jenjang pendidikan tinggi disebabkan karena keterbatasan perempuan terhadap akses pendidikan.
Para perempuan kerap dipersepsikan hanya bertanggung jawab dalam mengurus pekerjaan rumah tangga. Hal ini mengakibatkan mereka kurang termotivasi untuk mengambil jenjang pendidikan strata dua, atau strata tiga yang menjadi persyaratan untuk menjadi seorang dosen.
“Peran perempuan masih terhalangi oleh kondisi sosial budaya lama. Konsekuensinya, perempuan ditempatkan di bawah bayang-bayang dominasi laki-laki. Inilah yang terus kami coba ubah dengan berbagai program pengarusutamaan gender,” ujarnya akhir pekan lalu.
PDSP menyebutkan, pada tahun 2013, jumlah siswa baru laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah siswa baru perempuan, kecuali pada jenjang SMA dan perguruan tinggi.
Dari tiga jenjang pendidikan, siswa baru laki-laki (51,05%) lebih besar daripada perempuan (48,95%). Hal ini berarti siswa laki-laki memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lebih banyak daripada perempuan. Siswa baru laki-laki terkecil terjadi di SMA (47,47%) dan terbesar pada Sekolah Luar Biasa (58,49%).
Sedang rata-rata persentase siswa untuk semua satuan pendidikan untuk laki-laki (51,61%) dan perempuan (48,39%). Persentase siswa laki-laki terbesar terdapat pada SMK (62,45%) dan terkecil pada perguruan tinggi (48,10%). (Sumber: http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7069.html)


Latih Rasa Percaya Diri dengan Outbond


BUKAN hal mudah mendampingi anak-anak bermain dan belajar di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebab, guru pendamping dituntut tidak sekadar sabar dalam mendampingi, tetapi juga mesti kreatif mendampingi peserta didik agar bisa bermain penuh keceriaan, mengenal lingkungan, dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka.
Nah, outbond bisa menjadi salah satu sarana pembelajaran yang efektif lantaran anak tidak sekadar bisa menikmati aneka permainan yang telah disediakan, melainkan kebersamaan, rasa percaya diri, dan mencoba suatu tantangan melalui berbagai permainan yang ada. (ANQ)

Unismuh Makassar Buka Prodi PAUD

Makassar, KabarPAUD - Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar membuka Program Studi (Prodi) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Surat Keputusan (SK) dari Direktorat Pendidikan Tinggi pun sudah didapat.
Dekan FKIP Unismuh Makassar, Dr Andi Sukri Syamsuri MHum, Kamis (7/5/2015), mengatakan, Prodi PAUD merupakan salah satu Prodi yang dipandang penting, karena Muhammadiyah banyak membina Taman Kanak-Kanak (TK).
Muhammadiyah sendiri banyak membina Taman Kanak-Kanak Aisyiyah, tetapi kekurangan guru. Belum lagi Taman Kanak-Kanak lainnya,’’ terangnya. (Sumber: http://makassar.tribunnews.com)

Anugerah Penyiaran KPID Jawa Tengah


Semarang, KabarPAUD - Dalam rangka meningkatkan kulitas penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah akan menyelenggarakan Semarak Penyiaran Jawa Tengah dengan mengusung tema ''Bersama Masyarakat Membangun Penyiaran yang Sehat dan Bermanfaat''.
Kategori anugerah penyiaran itu meliputi Lembaga Penyiaran) LP Terbaik Bidang Kelembagaan, Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Terbaik, Program Anak-anak Terbaik, Program Talkshow Terbaik, Program Siaran Lokal TV SSJ Terbaik, Program Feature Terbaik, Program Feature Televisi SSJ Terbaik, Penyiar/Presenter Terbaik, dan ada pula Penghargaan Khusus.
Ketentuan umum anugerah penyiaran ini, peserta  adalah lembaga penyiaran yang berada dan telah memiliki izin bersiaran di wilayah Jawa Tengah (IPPP atau IPP), program siaran yang diikutsertakan dalam penilaian harus memenuhi ketentuan P3 dan SPS, dan merupakan produksi sendiri (bukan jiplakan) dan telah disiarkan pada kurun 2014-2015.
Informasi selengkapnya mengenai anugerah penyiaran yang diselenggarakan oleh KPID Provinsi Jawa Tengah bisa menghubungi 08995857884 (Qutfi), 08562660856 (Kiki), atau 085641323133 (Kautsar). (ANQ)

Mewarnai Latih Kepekaan Anak


BAGI anak di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan anak-anak pada umumnya, mewarnai adalah aktivitas yang sangat menarik dan baik pula bagi perkembangan anak. Sebab, hal itu bisa melatih kepekaan anak.
Itulah yang disampaikan Hasan Sunarto, alumnus Jurusan Seni Rupa IKIP Negeri Semarang (kini Universitas Negeri Semarang) dalam salah satu kesempatan. Menurutnya, mewarnai, dan semua seni, sangat bagus bagi anak.
‘’Seni sangat bagus bagi anak untuk melatih kepekaan. Dalam konteks aktivitas seni mewarnai, anak dituntut memiliki teknik dan peka dalam memilih warna-warna yang sesuai dengan obyek yang harus diwarnai,’’ katanya.
Dia mengutarakan, mewarnai bagi seorang anak, terkadang bukanlah persoalan yang mudah. ‘’Ada memang anak yang punya kepekaan bagus, namun tidak sedikit pula yang asal,’’ tuturnya.
Dia pun mengemukakan, untuk menghasilkan hasil pewarnaan yang bagus dalam aktivitas mewarnai bagi seorang anak, maka membutuhkan teknik-teknik tertentu. ‘’Teknik itu antara lain meliputi teknik memegang crayon dan menggoreskannya disertai dengan efek yang bagus,’’ ujarnya. (ANQ)

Program Donasi Buku untuk Perpustakaan Desa


NTT Youth Project, adalah sebuah gerakan yang fokus dalam bidang pendidikan untuk memajukan pemerataan pengadaan buku-buku bacaan dan meningkatkan kemampuan anak-anak dan warga desa untuk maju dan berkembang di wilayah NTT.
Salah satu programnya adalah "NTT Membaca" yang akan membangun perpustakaan di lima desa, yaitu Desa Habi Kecamatan Kangae, Desa Watugong Kecamatan Alok Timur, Desa Bangkoor Kecamatan Talibura, Desa Tilang Kecamatan Nita, dan Desa Wolodhesa Kecamatan Mego
Dengan adanya Perpustakaan Desa, tidak saja anak-anak desa yang mendapatkan akses akan buku pelajaran dan bacaan yang baik dan berkualitas; tetapi juga warga desa secara keseluruhan dapat pula menambah pengetahuan dan kemampuan kreatif mereka melalui buku-buku bacaan yang kami sediakan.
Dengan begitu, akan anak-anak di desa tersebut akan semakin pintar dan berani bermimpi lebih, dan para warga desanya akan semakin berkembang dalam memanfaatkan potensi yang ada didesa mereka untuk menjadi lebih maju dan berkembang.
Untuk merealisasikannya,  NTT Youth Project melakukan kegiatan 'fundraising' dengan nama "500 Nama untuk NTT". NTT Youth Project membutuhkan 500 nama yang berarti 500 orang untuk berdonasi hanya Rp 100 ribu/ orang untuk mendukung terwujudnya dana target Rp 50 juta yang digunakan untuk pembangunan perpustakaan daerah dan pendistribusian buku-buku ke NTT.
Pemberi donasi akan mendapatkan e-certificate, namanya akan tercantum pada piagam "500 Nama untuk NTT" yang akan dipajang pada masing masing perpustakaan desa yang telah mereka bantu sebagai bentuk apresiasi dan kenang-kenangan serta laporan kegiatan.
more info
081221682820 | @NTT_Yproject | nttyouthproject@gmail.com