SELAMA
ini, pelajaran Matematika selalu saja menjadi momok yang menakutkan. Sulit.
Inilah kesan yang pertama kali ketika anak-anak bersentuhan dengan ilmu yang
menjadi dasar bagi ilmu eksaskta seperti Fisika, Kimia dan lain sebagainya.
Tak
hanya bagi anak-anak di tingkat sekolah paling bawah seperti TK dan SD,
matematika pun, hingga anak sekolah SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun,
masih dianggap sebuah cabang ilmu yang selalu menjemukan dan tetap menjadi
momok.
Adalah
Septi Peni Wulandari, sosok yang mengembangkan metode berhitung menggunakan
alat bantu jari tangan, yang dikenal dengan Jarimatika. Metode berhitung
jarimatika, adalah sebuah metode berhitung, yang oleh penggagasnya, dibuat agar
belajar matematika menjadi mudah dan menyenangkan.
Sejarah Jarimatika
Tidak
ada sesuatu yang datang dengan tiba-tiba. Hujan selalu saja diawali dengan
datangnya mendung. Artinya, hukum kausalitas (sebab-akibat) itu sesuatu yang
alami, sunnatullah. Pun dengan ilmu pengetahuan, yang selalu hadir di
tengah-tengah kehidupan manusia, melalui proses yang sangat panjang. Melalui
serangkaian pemikiran, riset dan eksperimen-eksperimen. Ini tak terkecuali
dengan hadirnya metode berhitung jarimatika, yang dikembangkan oleh Septi Peni
Wulandari.
Tidak
ada sebuah penemuan tanpa sebuah riset dan eksprimen (percobaan). Begitu pun
dengan jarimatika. Metode berhitung yang kini banyak digemari anak-anak ini,
tidak lahir begitu saja. Tetapi melewati proses yang sangat panjang.
Penemuan
metode berhitung jarimatika ini, berawal dari kebingannya ketika mengajari
anaknya yang masih kecil belajar berhitung. Mulanya, anaknya diajari dengan
berbagai metode berhitung, termasuk menggunakan sempoa. Namun anaknya tak
kunjung memahaminya. Ia pun mencoba sesuatu yang lain dalam mengajari anaknya
belajar berhitung. Kali ini, ia mngguanakan jari tangannya sebagai media
belajar berhitung.
Dengan
menggunakan jari dalam belajar berhitung ini, ternyata menarik minat anaknya.
Karena anaknya lebih cepat paham tidak merasa terbebani. Anaknya bahkan merasa
senang dan enjoy, karena seakan-akan ia sedang bermain saja. Akhirnya, Septi
pun berpikir keras agar metode berhitung ini tidak hanya dalam bilangan yang
kecil-kecil saja, tetapi hingga pada bilangan yang besar, termasuk perkalian,
pengurangan dan lain sebagainya.
Akhirnya,
setelah melalui berbagai pemikiran yang keras, Septi Peni Wulandari pun,
berhasil dengan gemilang. Ia telah menorehkan prestasi yang luar biasa dengan
menemukan metode yang mudah belajar matematika yang menyenangkan.
Hebatnya,
metode ini lahir karena sebuah rasa cinta dan kasih sayang terhadap anaknya.
Keinginannya menjadi ibu yang profesional, yang bisa mendampingi anak meraih
sukses, telah mengantarkannya sebagai sosok yang layak dihormati, karena
keberhasilannya memecahkan cara menaklukkan bidang ilmu yang selama ini mejadi
momok bagi sebagian masyarakat, terutama anak-anak.
Rasa
bangga yang amat sangat menyeruak dalam jiwanya, tetkala mengetahui bahwa
metode yang dikembangkannya tersebut, diterima oleh masyarakat secara luas,
tidak cuma bermanfaat bagi anak atau keluarganya semata.
Perkembangan Jarimatika
Dalam
perkembangannya, Jarimatika telah diterima oleh masyarakat secara luas. Tidak
hanya di daerah kelahirannya saja, Salatiga, metodenya diterima. Tapi di banyak
wilayah di Indonesia, juga telah banyak berdiri cabang-cabang kursus
jarimatika. Saat ini, tak kurang dari 220 cabang pusat kursus belajar
jarimatika di seluruh Indonesia, yang mencakup Sabang hingga Merauke.
Semakin
hari, jarimatika semakin digemari masyarakat, terutama anak-anak. maka tak
heran, jika Septi Peni Wulsandari, saat ini seibuk meberikan seminar-seminar
tentang jarimatika. Tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Namun itu tidak menjadikannya mengeluh.
Justru ia bangga karena bisa berbagi ilmu dengan banyak orang.
Yang
membanggakan lagi adalah, bahwa metode berhitung jarimatika, ternyata tidak
hanya mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia saja. Publik dari luar
negeri, ternyata juga tertarik dengan metode tersebut. Ini dibuktikan dengan
berbagai permintaan berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia,
Malaysia, Oman dan Qatar, agar ia membuka kursus jarimatika di negara-negara
tersebut.
Septi
Peni Wulandari. Ia adalah seorang perempuan yang patut menjadi teladan bagi
masyarakat di Indonesia, bahwa perempuan, dengan kapasitasnya sebagai ibu rumah
tangga, tetap bisa berperan serta dalam peran sertanya memajukan dunia
pendidikan, serta menemukan sebuah metode dan/atau ilmu baru, yang sangat berguna bagi kehidupan masyarakat di
masa-masa mendatang.
Pelajaran
berharga lain adalah, peran sertanya dalam masyarakat dan dunia, terutama di
bidang ilmu pengetahuan, tidak menjadikannya lalai terhadap kewajibannya
sebagai seorang ibu yang bertanggungjawab kepada putera-puterinya.
Kesadaran
akan peran dan tanggungjawabnya tersebut, sehingga ia selalu hadir di
tengah-tengah anaknya untuk mendidiknya, agar menjadi insan yang terbaik bagi
masa depan. Baginya, ibu adalah orang pertama yang berhubungan langsung dengan
anak, sehingga ibu harus bisa mendidik anak sebaik mungkin. Dan untuk itu, ibu
haruslah menjadi orang yang cerdas.
Septi
Peni Wulandari, dengan penemuannya tersebut, telah mengharumkan nama bangsa di
mata dunia. Kendati begitu, ia tetap santun dan lupa akan segalanya.
Keberhasilannya itu, justru menginspirasinya menemukan metode belajar membaca
cepat; Abacabaca. (ANQ)